Kamis, 17 Desember 2015

Nabi Ayyub

Nabi Ayyub as. Adalah salah seorang bangsa Rum, ia putra ‘Aish, bin Nabi Ishak as. Ia termasuk salah seorang putri Nabi Luth as. Ia termasuk Pria jenius/cerdik, rajin, berbudi lagi bijaksana”. Ayahnya adalah seorang hartawan, memiliki sejumlah besar hewan ternak, yakni onta, lembu, biri-biri/domba, kuda, keledai, dan himar”.

Tiada seorangpun yang membandingi kekayaannya di negeri Syam. Setelah wafat, harta benda diserahkan semuanya/diwariskan kepada anaknya (yakni) Nabi Ayyub as. Selanjutnya Ayyub nikah dengan Dewi Rahmah putri Afrayim bin Nabi Yusuf as. Dandari pernikahan mereka Allah anugerahi 12x mengandung, setiap lahir 2 orang anak, masing-masing putra dan putri.
Selanjutnya Nabi Ayyub diutus oleh Allah kepada kaumnya (yakni kaum Huran dan Tih), ia berbudi baik dan halus, sepanjang hidupnya tiada yang menyalahinya dengan dusta dan ingkar, berkat kehormatan yang diberikan oleh Allah kepadanya dan ibu bapaknya. Ia sampaikan Syari’at/agama Allah dan masjid-masjid didirikan olehnya. Ia suka menjamu kaum fakir miskin dan tamu-tamu, untuk itu disediakan meja-meja makan mereka. Ia suka menyantuni anak-anak yatim bagaikan seorang bapak yang penuh kasih sayang, terhadap para janda bagaikan seorang suami, demikian pula terhadap rakyat kecil yang lemah bagaikan saudara kandung penuh cinta kasih. Para pembantu yang mengurusi tanaman dan buah-buahan di kebun-kebun/ladang/sawahnya dipesankan kepada mereka supaya membiarkan siapa saja yang ingin memetiknya”. Dalam hal peternakan, setiap tahun terus meningkat, bahkan setiap hewan beranak kembar-kembar, sekalipun demikian semua harta kekayaannya tidak mempengaruhi sedikitpun, munajatnya kepada Allah: “Ya Tuhan, Semua ini pemberianMu kepada hamba-hambaMu di lokasi penjara Dunia, maka sangat jauh dibandingkan pemberianMu di sorga bagi ahli karamahMU di negri penuh hidangan dariMu? Ia pandai mensyukuri ni’mat pemberian Allah Swt. Baik dalam hati maupun dicetuskan lewat lidahnya.
Itulah pangkal penyebab timbulnya iri, dengki makhluk tiada berbudi sebangsa iblis, dan tentang Nabi Ayyub, Iblis berkomentar: “Ayub benar-benar sukses usahanya, baik urusan dunia maupun akhirat. Untuk itu, ia harus dirusak salah satu atau keduanya. Pada zaman itu iblis dapat naik ke langit tujuh, ia bebas parkir ditempat mana saja sesukanya.
Pada suatu hari ia naik seperti biasanya, lalu ditanya oleh Allah: “Hai makhluk terkutuk, tidakkah melihat seorang hambaKu (Nabi Ayyub) yang telah sukses dalam usahanya? Mampukah engkau meraih/mencontoh barang sedikit saja?” Jawab Iblis: “Ya Tuhan, benar saja Ayyub tekun beribadah padaMu, sebab ia diberi kelapangan rezeki/harta dan kesehatan jasmani/tubuhnya, seandainya tidak demikian, pasti iapun enggan beribadah kepadaMu, ia seorang hamba yang penuh kesehatan. Lalu firman Allah Swt.: “Bohong kamu, sebab Aku tahu pasti bahwa ia benar-benar beribadah dan bersyukur padaKu, sekalipun tiada kelapangan rezeki/ harta baginya. Sahut Iblis: “Ya Tuhan, kalau begitu ingin aku mengujinya, sampai sejauh mana ia tidak lupa berdzikir dan beribadah kepadaMu, untuk itu berilah aku kemampuan/menguasai dirinya! Maka dipenuhilah tuntutan iblis terkutuk oleh Allah Swt. Dengan catatan tidak pada jiwa dan lesan Ayyub as.
Alkisah sekembali dari langit, Iblis menelusuri pantai laut, ia berteriak sekerasnya memanggil bangsa jin, mereka pun segera berhimpun tiada seorangpun yang tersisa, baik pria maupun wanita, semuanya mendekat disisi Iblis, sahut mereka: “Apa yang menimpa tuan besar?”
Jawab Iblis: “Kini aku memperoleh peluang/proyek besar-besaran, yang belum pernah diperoleh sejak aku sukses menggulingkan Adam dari sorga, untuk itu mari kita garap/kita kerjakan bersama proyek besar itu (yakni memperdaya Ayyub)”.

Alkisah, mulailah mereka memperdaya Ayyub, mengerahkan seluruh pasukan yang ada, dan mengatur strategi, rumah-rumah, taman-taman, kebun-kebun/ladang dan sawah-sawah, mereka bakar musnah, walhasil seluruh harta kekayaan Nabi Ayyub dihancurkan oleh mereka”. Lalu iblis menghampiri Nabi Ayyub as. Yang tengah shalat di masjid, sahutnya: “Hai Ayyub kenapa engkau tenang-tenang dalam beribadah kepada Allah, padahal engkau dalam keadaan terancam bahaya. Tuhanmu telah mengirimkan api dari langit yang membakar hangus seluruh harta kekayaanmu”. Namun Ayyub tidak menjawabnya, baru sesudah shalat iapun berkata: “Segala puji bagi Allah Yang telah memberi harta kekayaan padaku, kemudian sekarang saatnya Dia menarik kembali dari tanganku”. Selanjutnya ia tegak melakukan shalat lagi”. Dan Iblis pulang dengan penuh kecewa, bahkan merasa terhina dan menyesal akibat tindakan Ayyub”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar