Selasa, 22 Desember 2015

Riwayat Nabi Ayyub (bagian 2)

Namun Iblis terus mengejar Ayyub, lagi-lagi ia datang sewaktu Nabi Ayyub as. tengah melakukan shalat, bertepatan Ayyub melakukan sujud, Iblis meniup hidung dan mulut, maka mengembunglah tubuh Ayyub dan banyak berpeluh, hingga badan terasa berat. Sahut istrinya (yang bernama Rahmah) : “Derita sakitmu ini adalah akibat kesedihanmu memikirkan hartamu yang musnah, dan bencana yang menimpa anak-anakmu”, sedang kamu beribadah terus menerus
di malam hari, siangnya berpuaa, tak kenal istirahat barang sesaatpun, lagi pula tak suka berhibur”.
Kemudian Ayyub diserang penyakit cacar seluruh tubuhnya, mulai kepala sampai kaki, darah dan nanah mengalir dari tubuhnya, dan ulat-ulatpun berjatuhan, akibatnya seluruh famili dan kawan-kawan menyatakan cerai dan menghindarinya. Demikian pula dua dari tiga istrinya menuntut cerai secara resmi, kecuali dewi Rahmah seorang istrinya yang setia melayani siang dan malam harinya.
Tidak terbatas sampai disini derita Nabi Ayyub as, sebab kaum hawa tetangganya menuntut Ayyub supaya angkat kaki dari kampungnya, lewat istrinya sahut mereka : “Hai Rahmah, kami sangat khawatir kalau nanti penyakit suamimu menjangkit/menular pada anak-anak kami”, seharusnya ia disingkirkan saja dari kampung kami, kalau tidak maka kami akan memaksamu keluar”. Maka dewi Rahmah pun segera keluar, pakaiannya dibungkus, lalu dibawa pergi sambil berteriak keras: “Aduh, demikian berat penderitaan ini, kami harus mengembara dan berpisah, mereka telah mengusir dari kampung dan rumah kami, Ayyub digendong di punggungnya, diiringi isakan tangis istrinya, ia dibawa ke sebuah lokasi bekas rumah yang sudah rusak, tempat pembuangan sampah dan disanalah ia ditaruh”. Melihat demikian masyarakat sekitar lokasi itu juga mengusirnya, bahkan kalau tidak mereka akan mengerahkan anjing-anjing mereka untuk memaksa Ayyub keluar dari lokasi tersebut. Maka Dewi Rahmah membawa alas tidur sebangsa tikar, dibentangkan di bawahnya, serta batu sebagai bantalnya. Untuk minumnya, Dewi Rahmah membawakan wadah air yang biasa dipakai oleh para penggembala memberi minuman ternak-ternaknya”.Kemudian Dewi Rahmah berangkat menuju suatu dusun, lalu Ayyub pun menyeru: “Hai Rahmah, pulanglah, aku menasehatimu, jika engkau hendak pergi menjauh dariku dan membiarkan aku di tempat ini”. Jawabnya: “Janganlah tuanku khawatir ,sebab tidak mungkin aku membiarkan/meninggalkanmu seorang diri, selama hayat dikandung badanku”.
Kemudian berangkatlah dewi Rahmah menuju suatu dusun, ia bekerja setiap hari pada perusahaan roti, untuk memberi makan Ayyub. Dan lama-lama masyarakat dusun itu mengerti bahwa ia istri Ayyub, maka merekapun berhenti tidak suka memberi makan padanya. Sahut mereka: “Menjauhlah dari kami, sebab kini aku merasa jijik padamu”. Dewi Rahmahpun menangis, katanya: “Ya Tuhan, Engkau melihat keadaanku ini, seolah-olah dunia ini berubah menjadi sempit bagiku”, masyarakatnya selalu menghinaku kelak di akherat, ya Tuhan, mereka telah mengusir dari rumah kami di dunia, namu kami berharap janganlah Engkau mengusir kami dari RumahMu kelak di hari Kiamat”.
Kemudian iapun berangkat menemui wanita istri perusahaan roti itu, katanya: “Sungguh, suami/kekasihku (yakni Ayyub) tengah lapar, untuk itu perkenankanlah aku meminjam/hutang roti kepadamu”. Jawabnya: “Menjauhlah segera agar suamiku tidak melihatmu, tapi serahkan gelungan rambutmu padaku”.Dewi Rahmah punya 12 buah gelungan melembreh ke tanah, indah dan bagus serupa yang ditemukan Nabi Yusuf as. Bahkan itu sangat disenangi oleh Nabi Ayyub as.
Alkisah, wanita istri perusahaan rotipun datang dengan gunting untuk memotong gelungan rambut Dewi Rahmah, kemudian ditukarkan pada 4 potong roti. Dewi Rahmah berkata: “Ya Tuhan, tindakanku ini, semata berbakti pada suamiku, member makan NabiMu dengan menjual gelunganku”. Maka sewaktu Ayyub melihat roti segar iapun segera menaruh perhatian, dan menyangka (jangan-jangan) istriku telah menjual dirinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar