Bahwasanya sejumlah ‘Ulama besar
datang ketempat Dewi Rabi’ah al-‘Adawiyah untuk meminangnya, diantara mereka
itu ialah: “Hasan Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani.. Alkisah,
setelah mereka dipersilahkan masuk, dan duduk layaknya orang
bertamu, lalu
Hasan berkat: “Ya dewi Rabi’ah, nikah itu merupakan tindak (sunnah) Nabi saw,
untuk itu silahkan anda memilih salah seorang pria diantara kami sebagai calon
suami.
Jawabnya: “Baiklah tuan-tuan
terhormat, namun aku berhak mengajukan syarat, yaitu selama ini aku punya
beberapa masalah, siapa mampu memecahkan masalah, tersebut , ia berhak
mengawini diriku (menjadi suami). Masalah pertama disampaikan kepada Hasan
Bashri untuk memecahkannya, kata dewi Rabi’ah: “Menurut tuan, aku termasuk
golongan manakah kelak di hari mitsaq (Kiamat), di mana segolongan manusia
diputuskan tempatnya di neraka, dan segolongan lain di sorga? Jawabnya: “Maaf
tentang masalah itu aku tidak tahu pasti. Lalu dewi Rabi’ah bertanya lagi:
“Menurut tuan, aku termasuk manusia celaka ataukah bahagia, di saat malaikat
membentuk diriku di kandungan ibuku? Jawabnya: “Maaf, itupun aku tidak tahu
pasti.
Pertanyaan berikutnya: “ Menurut
tuan, termasuk golongan manakah aku, ketika seseorag diseru: “Janganlah kamu
gentar ataupun bersedih”, ataukah diseru: “Tiada rasa gembira bagimu”?
Jawabnya: “Maaf itupun aku tidak tahu pasti. Selanjutnya: “Menurut tuan,
kuburku nanti termasuk pertamanan sorga ataukah galian neraka? Jawabnya: “Maaf,
itupun aku tidak tahu past. Kemudian: “Menurut tuan, wajahku kelak dihari
kiamat, termasuk wajah-wajah putih berseri ataukah wajah hitam bermuram durja?
Jawabnya: “Maaf itupun aku tidak tahu pasti.
Lalu dewi Rabi’ah menyampaikan pertanyaan terakhir, katanya: “menurut
tuan, aku termasuk golongan manakah kelak di hari Kiamat, di saat masing-masing
pribadi manusia dipanggil: “Bahwasanya fulan bin fulan bahagia, ataukah
dipanggil: “Bahwasanya fulan bin fulan celaka? Jawabnya: Maaf itu juga aku
tidak tahu pasti”. Akhirnya sejumlah ‘Ulama besar itu menangis dan pergi dari
rumah dewi Rabi’ah dengan penuh penyesalan”. (Bahjatul anwar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar