Sabtu, 31 Oktober 2015

Hikayat pengetahuan manusia tentang masa depan.

Bahwasanya sejumlah ‘Ulama besar datang ketempat Dewi Rabi’ah al-‘Adawiyah untuk meminangnya, diantara mereka itu ialah: “Hasan Bashri, Malik bin Dinar, dan Tsabit al-Banani.. Alkisah, setelah mereka dipersilahkan masuk, dan duduk layaknya orang
bertamu, lalu Hasan berkat: “Ya dewi Rabi’ah, nikah itu merupakan tindak (sunnah) Nabi saw, untuk itu silahkan anda memilih salah seorang pria diantara kami sebagai calon suami.
Jawabnya: “Baiklah tuan-tuan terhormat, namun aku berhak mengajukan syarat, yaitu selama ini aku punya beberapa masalah, siapa mampu memecahkan masalah, tersebut , ia berhak mengawini diriku (menjadi suami). Masalah pertama disampaikan kepada Hasan Bashri untuk memecahkannya, kata dewi Rabi’ah: “Menurut tuan, aku termasuk golongan manakah kelak di hari mitsaq (Kiamat), di mana segolongan manusia diputuskan tempatnya di neraka, dan segolongan lain di sorga? Jawabnya: “Maaf tentang masalah itu aku tidak tahu pasti. Lalu dewi Rabi’ah bertanya lagi: “Menurut tuan, aku termasuk manusia celaka ataukah bahagia, di saat malaikat membentuk diriku di kandungan ibuku? Jawabnya: “Maaf, itupun aku tidak tahu pasti.

Pertanyaan berikutnya: “ Menurut tuan, termasuk golongan manakah aku, ketika seseorag diseru: “Janganlah kamu gentar ataupun bersedih”, ataukah diseru: “Tiada rasa gembira bagimu”? Jawabnya: “Maaf itupun aku tidak tahu pasti. Selanjutnya: “Menurut tuan, kuburku nanti termasuk pertamanan sorga ataukah galian neraka? Jawabnya: “Maaf, itupun aku tidak tahu past. Kemudian: “Menurut tuan, wajahku kelak dihari kiamat, termasuk wajah-wajah putih berseri ataukah wajah hitam bermuram durja? Jawabnya: “Maaf itupun aku tidak tahu pasti.  Lalu dewi Rabi’ah menyampaikan pertanyaan terakhir, katanya: “menurut tuan, aku termasuk golongan manakah kelak di hari Kiamat, di saat masing-masing pribadi manusia dipanggil: “Bahwasanya fulan bin fulan bahagia, ataukah dipanggil: “Bahwasanya fulan bin fulan celaka? Jawabnya: Maaf itu juga aku tidak tahu pasti”. Akhirnya sejumlah ‘Ulama besar itu menangis dan pergi dari rumah dewi Rabi’ah dengan penuh penyesalan”. (Bahjatul anwar).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar